Psikologi
Komunikasi – Teori dan Ruang Lingkup
Komunikasi sangat vital
dalam menumbuhkembangkan kepribadian manusia. Berbicara mengenai komunikasi
tidak akan pernah terlepas dari perilaku serta pengalaman kesadaran manusia.
Sejarah panjang penelitian fenomena komunikasi memperlihatkan keterkaitan yang
erat antara psikologi dan komunikasi. Tidak sedikit ahli psikologi aliran
behaviorisme yang menelaah komunikasi lebih dalam.
Dalam kacamata
psikologi, komunikasi dipandang sebagai perilaku. Baik itu bersifat manusiawi,
menarik, serta melibatkan banyak orang di berbagai situasi. Psikologi secara
tajam mengupas “diri” kita sebagai pelaku komunikasi dan komponen komunikasi
lainnya. Penyatuan keduanya melahirkan psikologi komunikasi yang berusaha untuk
memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan
tindakan manusia dipengaruhi oleh manusia lainnya.
Psikologi Komunikasi
Menurut Para Ahli
Interaksi sosial dapat
terjadi karena adanya kontak dan komunikasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
adalah peristiwa sosial. Suatu peristiwa sosial yang coba dianalisis dengan
menggunakan pendekatan psikologis akan menuntun kita pada pendekatan psikologi
sosial. Psikologi komunikasi adalah bagian dari psikologi sosial. Dengan
demikian, pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi
komunikasi.
Berikut adalah beberapa
pengertian psikologi komunikasi (Rakhmat : 2001 : 9-10) :
1. George A. Miller
(1974) : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and
control mental and behavioral events.
2. E.A Ross : Psikologi
sosial adalah ilmu yang berusaha memahami dan menguraikan keseragaman dalam
perasaan, kepercayaan, atau kemauan dan tindakan yang diakibatkan oleh
interaksi sosial.
3. Kauffman (1973) :
Social psychology is an attempt to understand, explain and explain, and predict
how the thoughts, feelings and actions of individuals are influenced by the
perceived thoughts, feelings, and actions of others (whose presence may be
actual, imagined, or implied).
Teori Psikologi
Komunikasi
Psikologi telah lama
menelaah efek media massa pada perilaku komunikan. Sistem komunikasi massa
mempunyai karakteristik psikologis yang khas. Hal ini terlihat dalam
pengendalian arus informasi. Kemudian adanya umpan balik, stimulasi alat
indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Berikut adalah beberapa teori
komunikasi yang mencoba untuk melihat efek komunikasi terhadap bertambahnya
pengetahuan dan mempengaruhi sikap khalayak.
1. Teori Kultivasi
(Cultivation Theory)
Teori yang dicetuskan
oleh George Gerbner ini mengasumsikan bahwa media massa, khususnya televisi,
merupakan media yang paling ampuh untuk menanamkan ideologi kepada khalayak.
Teori kultivasi adalah teori yang berusaha untuk melakukan analisa terhadap
akibat yang ditimbulkan dari penanaman ideologi ini.
Gerbner mencoba untuk
mengembangkan konsep “mainstreaming” atau mengikuti arus. Hal ini dimaksudkan
sebagai kesamaan diantara pemirsa berat pada berbagai kelompok demografis, dan
perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan (Rakhmat, 2001 : 250).
2. Teori Spiral
Keheningan (The Spiral of Silence Theory)
Pertama kali digagas
oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974). Spiral keheningan adalah istilah
digunakan merujuk pada kecenderungan manusia untuk tetap diam. kecenderungan
ini terlihat ketika mereka merasa bahwa pandangan mereka bertentangan dengan
pandangan mayoritas.
Teori ini berpendapat
bahwa mereka tetap diam karena terisolasi serta mendapat konsekuensi negatif.
Konsekuensi ini datang dari kelompok atau masyarakat karena menyuarakan
pendapat yang berbeda. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa saat manusia
mengemukakan pendapat, mereka berusaha mengikuti pendapat mayoritas atau
konsensus.
Media merupakan sumber
informasi utama yang dapat membuat terjadinya konsensus. Apabila pendapat versi
konsensus ini begitu massif tersebar dalam masyarakat melalui media massa, maka
suara perorangan yang memiliki pendapat yang berbeda akan semakin diam.
3. Agenda Setting
Theory
Pendekatan agenda
setting dikembangkan oleh Maxwell E. Comb dan Donald E. Shaw. Fokus agenda
setting adalah efek media massa terhadap pengetahuan. Menurut pendekatan ini,
media massa memiliki pengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang.
Kemudian disimpulkan
bahwa media massa memilih informasi yang diinginkan serta dianggap penting
untuk mempengaruhi khalayak tentang informasi.
Tujuannya adalah pembentukan persepsi oleh khalayak berdasarkan
informasi yang diterima tentang suatu peristiwa.
4. Teori Peluru atau
model jarum hipodermik (Bullet Theory)
Penggagas teori ini
adalah Melvin DeFleur. Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang
secara seragam diperhatikan oleh massa (DeFleur dalam Rakhmat, 2001 : 197).
Teori ini mengasumsikan bahwa massa tidak memiliki kekuatan dalam menghadapi
stimuli yang dikirim oleh media massa.
Teori ini dikenal
dengan sebutan “teori peluru” atau model jamum hipodermis. Teori ini
menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum ke
bawah kulit pasien. Teori ini disebut juga dengan “the concept of powerful mass
media” oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1973).
Teori ini menunjukkan
kekuatan media massa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam
kerangka behaviorisme, media massa adalah factor lingkungan yang mengubah
perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, operan, atau imitasi. Khalayak
diangap sebagai kepala kosong yang siap menampung pesan komunikasi yang
dicurahkan kepadanya.
5. Teori Kegunaan dan
Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)
Pendekatan uses and
gratification diungkapkan pertama kali oleh Elihu Katz. Pendekatan ini
berpandangan bahwa khalayak sebagai komunikan berpartisipasi aktif sebagai
bagian dari sistem komunikasi massa. partisipasi aktif dimaksudkan dalam
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, efek media
massa diartikan sebagai situasi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi.
Faktor-faktor personal
juga mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Faktor tersebut
meliputi organisasi personal dari sisi psikologis individu diantaranya potensi
biologis, nilai, kepercayaan, sikap, serta bidang pengalaman. Dan lainnya
adalah kelompok-kelompok sosial dimana individu menjadi anggota juga
hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan
penyampaian informasi.
Ruang Lingkup Psikologi
Komunikasi
Dalam psikologi,
komunikasi memiliki makna yang luas yang mencakup penyampaian energi, gelombang
suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Intinya, psikologi
menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat indera ke otak, peristiwa
penerimaan dan pengolahan informasi, proses saling pengaruh di antara berbagai
kinerja dalam diri organisme dan di antara organisme.
Psikologi tidak
membicarakan komunikasi secara umum, melainkan membahas karakteristik manusia
dan aspek biologis dalam diri manusia yang melakukan komunikasi. Psikologi
memeriksa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Di antaranya
komunikator, pesan, penerimaan dan pengolahan pesan. Dan juga komunikan yang
mencakup karakteristik manusia komunikan dan media komunikasi.
Psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari komunikasi, memiliki beberapa ciri khas pendekatan yang
berbeda dengan disiplin ilmu yang juga mempelajari komunikasi. Fisher (1978)
dalam Rakhmat (2001 : 9) menguraikan 4 ciri pendekatan psikologi komunikasi,
yaitu :
1. Penerimaan stimuli
secara inderawi atau sensory reception of stimuli – Psikologi melihat
komunikasi diawali dengan penerimaan data oleh indera – indera manusia.
2. Proses Stimuli atau
internal mediation of stimuli – Stimuli yang mempengaruhi kita kemudian diolah
dalam jiwa.
3. Prediksi Respon atau
prediction of response – Psikologi komunikasi menelaah bagaimana pengalaman
yang terjadi pada masa lalu dapat mempengaruhi respon yang akan datang. Dari
sinilah timbul pengaruh dari kenangan dan pengalaman yang merupakan jembatan
antara masa lalu dan sekarang. Salah
satu unsur sejarah respon adalah peneguhan.
4. Peneguhan Respon
atau reinforcement of reponses – Peneguhan adalah respon lingkungan atau orang
lain pada respon organisme yang asli. Peneguhan inilah yang disebut dengan
feedback atau umpan balik oleh Bergera dan Lambert.
Bentuk Komunikasi
Ilmu komunikasi adalah
ilmu terapan. Sadar atau tidak, manusia selalu berkomunikasi dalam setiap aspek
kehidupannya. Dalam pengantar ilmu komunikasi, digambarkan secara lebih
sederhana mengenai bentuk-bentuk komunikasi yang telah kita kenal selama ini.
Namun, bentuk komunikasi yang digambarkan berikut ini tidak merujuk ke sana.
Bentuk komunikasi berikut menekankan pada konteks psikologi dalam suatu proses
komunikasi.
Hal ini karena berbagai
penelitian psikologi dan komunikasi yang telah dilakukan memperlihatkan adanya
keterkaitan di antara keduanya. Hal ini merujuk adanya kesamaan pada tiga macam
bentuk proses komunikasi dalam konteks kerangka bangunan kognitif manusia.
Ketiga bentuk proses komunikasi tersebut adalah :
1. Interaksi
Interpersonal Tatap Muka (face to face interpersonal interaction)
Dalam suatu komunikasi
interpersonal terjadi pertukaran informasi baik verbal maupun non verbal.
Proses pertukaran informasi yang dilakukan melalalui interaksi sosial melalui
verbal maupun non verbal telah menjadi fokus penelitian komunikasi sejak tahun
1950. Salah satu ilmuwan yang meneliti mengenai hal ini adalah Adam Kendon
(1970) melalui teori adalah interactional synchrony.
Gagasan teori ini
adalah bahwa perilaku verbal dan nonverbal yang rumit terikat satu sama lain
baik dalam diri individu tersebut maupun individu lainnya. Intinya, kerangka psikologi
beserta modelnya telah memungkinkan peneliti komunikasi untuk menghasilkan
gambaran yang rinci mengenai dan membentuk suatu prediksi yang lebih spesifik
bagaimana manusia melakukan pertukaran informasi baik verbal maupun non verbal
dengan manusia yang lain.
2. Interaksi
Interpersonal Bermedia
Ketika sekelompok kecil
orang berinteraksi satu sama lain secara real time dengan menggunakan berbagai
jenis media (misalnya, telepon, komputer, dan video conferencing), terjadi
proses interaksi tatap muka. Kemudian interaksi tersebut digabungkan dengan berbagai
faktor yang rumit dan unik. Contoh penelitian mengenai hal ini adalah
computer-mediated communication (CMC) di mana dua orang menggunakan teknologi
berbasis komputer untuk melakukan interaksi. Dasar teori ini adalah face to
face communication.
Ketika orang
menggunakan media untuk melakukan interaksi interpersonal, mereka menggabungkan
proses yang terjadi dalam interaksi interpersonal secara langsung dengan
memanfaatkan berbagai macam perangkat teknologi. Dengan demikian, model aditif
pengolahan psikologis dapat bekerja sebagai kerangka kerja untuk dapat memahami
bentuk komunikasi interpersonal bermedia.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah
proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh organisasi (surat kabar, film,
atau tv) dengan menggunakan teknologi media tertentu. Dengan semakin
berkembangnya teknologi digital, jarak antara organisasi besar dan khalayak
yang luas semakin kecil. Kini, semua orang dapat terlibat dalam proses
komunikasi massa, misalnya dengan adanya konsep citizen journalism. Teknologi
komunikasi telah mengubah cara pandang kita terhadap komunikasi secara umum
seperti dialog, diseminasi, dan kombinasi keduanya.
Dari perspektif proses
psikologis, salah satu pendekatan komunikasi massa adalah kombinasi antara
tatap muka dan interaksi intrepersonal bermedia. Bukti nyata dari fenomena ini
adalah lahirnya teori kultivasi yang dicetus oleh George Gerbner. Teori
kultivasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya mengilustrasikan aspek-aspek
proses psikologi ke dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif
dalam Psikologi Komunikasi
Apabila
individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadi beberapa
hal yaitu proses belajar (meliputi aspek kognitif dan afektif), proses
penyampaian serta penerimaan lambang-lambang. Kemudian, adanya mekanisme
penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peranan, identifikasi, proyeksi,
agresi, dan lain sebagainya.
Komunikasi berperan
dalam membentuk kepribadian kita. Hubungan dengan orang lain akan mempengaruhi
kualitas hidup kita. Bila pesan yang kita sampaikan tidak dipahami dengan baik
oleh orang lain, maka dapat dikatakan komunikasi yang kita lakukan mengalami
kegagalan atau tidak efektif. Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss (1974) dalam
Rakhmat (2001 : 13) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif paling tidak
menimbulkan 5 hal, yaitu : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang makin baik, dan tindakan.
• Pengertian –
Penerimaan yang tepat dari konten stimuli seperti yang disampaikan oleh
komunikator.
• Kesenangan –
Komunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan kesenangan atau phatic
communication.
• Mempengaruhi sikap –
Komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Salah satu cara agar kita
dapat mempengaruhi sikap orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi
persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang psikologi
komunikator, psikologi pesan, dan psikologi komunikan.
• Hubungan sosial yang
baik – Komunikasi bertujuan untuk mempererat hubungan sosial yang baik. Sebagai
makhluk sosial, kebutuhan sosial menjadi kebutuhan yang paling utama manusia.
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian
dan kekuasaan, dan cinta dan kasih sayang (William Schutz, 1966 dalam Rakhmat,
2001 : 14)
• Tindakan – Persuasi
ditujukan untuk mengeluarkan tindakan yang diinginkan. Efektivitas komunikasi
diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan.
Pesan dalam Prespektif
Psikologi
Dalam setiap proses
komunikasi, pesan adalah bagian terpenting yang harus menjadi perhatian
komunikator. Umumnya, pesan terdiri dari isi pesan dan lambang. Bahasa atau
pesan paralingusitik adalah lambang yang paling sering dipakai dan memiliki
fungsi yang sangat vital dalam komunikasi. Selain bahasa, cara lain yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan adalah dengan isyarat atau
pesan ekstralingustik.
Bahasa adalah
sekumpulan smbol-simbol, huruf-huruf, atau kata-kata dengan makna yang
berubah-ubah. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi
(2001 : 269) menyatakan bahwa secara fungsional bahasa dapat diartikan sebagai
“alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapan ide atau gagasan”.
Bahasa hanya dapat
dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Sedangkan, secara formal bahasa semua kalimat yang terbayangkan
yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa yang meliputi fonologi,
sintaktis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan
bahasa tertentu kita harus menguasai fonologi, sintaktis dan semantik Menurut
George A. Miller, untuk mampu menggunakan bahasa tertentu kita harus menguasai
fonologi (bunyi bahasa), sintaktis (cara pembentukan kalimat), leksikal (arti
kata atau gabungan kata-kata), konseptual, dan kepercayaan terhadap yang kita
dengar. Psikologi fokus pada konseptual serta kepercayaan terhadap apa yang
kita dengar. Sebelum kita menyampaikan gagasan kita, penting dilakukan untuk
menyamakan kerangka konseptual dan system kepercayan dengan komunikan.
Pesan yang akan kita
sampaikan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut, yaitu :
Hati-hati dengan
abstraksi, yaitu proses memilih
unsur-unsur realitas untuk membedakannya dari hal lain. Abstraksi dapat
menyebabkan cara penggunaan bahasa menjadi tidak cermat.
Perhatikan dimensi
waktu karena bahasa bersifat statis dan realitas bersifat dinamis.
Jangan mengacaukan kata
dengan rujukannya. Hal ini karena orang lain belum tentu menggunakan rujukan
yang sama.
Jangan mengacaukan
pengamatan dengan kesimpulan.
Selain pesan verbal,
pesan non verbal juga turut menunjang penyampaian informasi. Menurut Mark L.
Knapp dalam Rakhmat (2000: 287) menyatakan bahwa pesan non verbal memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut :
Repetisi atau
pengulangan, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan.
Substitusi, yaitu
menggantikan lambang-lambang verbal
Kontradiksi, yaitu
menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Komplemen, yaitu
melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal
Aksentuasi, yaitu
menegaskan pesan verbal
1. Organisasi Pesan
Organisasi pesan adalah
rangkaian penyusunan pesan. Suatu pesan yang baik harus diorganisasikan dengan
baik pula. Ada 6 macam organisasi pesan (Rakhmat, 2000 : 295), yaitu :
Deduktif : gagasan
utama – penjelasan – keterangan – kesimpulan – bukti
Induktif : rincian
informasi – kesimpulan
Kronologis : pesan
disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa
Logis : pesan disusun
berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa
Spasial : pesan disusun
berdasarkan tempat
Topikal : pesan disusun
berdasarkan topic pembicaraan
Dalam psikologi
komunikasi, terdapat 5 langkah dalam penyusunan pesan, yaitu :
Attention – perhatian
Need – kebutuhan
Satisfaction – pemuasan
Visualization –
visualisasi
Action – tindakan
Baca juga: Teori
Komunikasi Antar Budaya
2. Imbauan pesan
Informasi yang
ditujukan untuk mempengaruhi orang lain harus menyentuh motif. Motif tersebut
menggerakkan atau mendorong perilaku komunikan. Terdiri atas
ImbauanRasional,
meyakinkan orang lain melalui pendekatan logis atau bukti-bukti.
Imbauan Emosional,
Beberapa pernyataan menggunakan bahasa yang menyentuh emosi komunikan.
Imbauan Takut, Pesan
yang mencemaskan komunikan.
Imbauan Ganjaran,
Rujukan yang memberi janji kepada komunikan untuk melakukan sesuatu yang di
inginkan komunikator.
Imbauan Motivasional,
Motif yang bertujuan menyentuh kondisi intern dalam diri manusia
3. Proses Penyampaian
Pesan
Komunikasi merupakan
proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan.
Kemudian, komunikator sebagai pengirim pesan mendapat rangsangan atau stimulus
dari luar dirinya atau atau dari dalam dirinya. Pesan dikemas (encoding)
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi komunikan agar dapat dipahami. Encoding
dapat berbentuk verbal maupun nonverbal. Pesan yang mengalami encoding kemudian
dikirimkan melalui media. Lalu, pesan diolah oleh decoder yang bisa berupa
mesin atau manusia. Kemudian, setelah pesan di-decoding, pesan dikirimkan
kepada komunikan. Komunikan dapat memberikan respon yang disebut dengan
feedback.
4. Pembentukan Persepsi
Persepsi adalah proses
memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru
(Rakhmat, 2001 : 51). Persepsi adalah pernyataan atau pemikiran berdasarkan
pengalaman. Pengalaman tersebut bisa tentang obyek, peristiwa, juga
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Faktor utama yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian.
a. Perhatian
Kenneth E. Andersen
(1972) dalam Rakhmat (2001 : 52) menyatakan bahwa perhatian adalah proses
mental. Proses terjadi ketika stimuli menjadi lebih menonjol dalam tingkat
kesadaran pada saat stimuli yang lainnya melemah. Ini dikarenakan manusia
cenderung lebih fokus pada apa yang masuk pada salah satu alat indera dan
mengabaikan yang lain. Perhatian yang diberikan oleh manusia dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor eksternal penarik perhatian serta faktor internal sebagai
penaruh perhatian.
Faktor eksternal
ditujukan untuk menarik perhatian. Apa yang diperhatikan oleh kita ditentukan
oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang
disebut dengan determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik
perhatian. Kemudian, stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang
menonjol, antara lain gerakan, intensitas, stimuli, kebaruan, dan perulangan.
• Gerakan : Manusia
cenderung memiliki ketertarikan pada hal-hal yang bergerak.
• Intensitas stimuli
: Manusia mengutamakan stimuli yang
lebih menonjol dibanding stimuli yang lain.
• Kebaruan : Hal-hal
yang ditemukan selalu menjadi perhatian manusia.
• Pengulangan : Hal-hal yang selalu berulang dan disajikan
secara beragam akan menarik perhatian.
Kemudian, faktor
internal melihat manusia cenderung lebih memperhatikan apa yang ingin dia
perhatikan. Hal ini dipengaruhi oleh motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan
kemauan. Perhatian selektif manusia inilah yang harus benar-benar diperhatikan
oleh ahli komunikasi. Kenneth E. Andersen (1972) dalam Rakhmat (2001 : 54-55)
menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif, yaitu :
Perhatian adalah proses
yang aktif serta dinamis, bukan pasif ataupun refleksif. Kemudian, manusia
cenderung mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya.
Terkadang, manusia mengalihkan perhatian dari satu stimuli ke stimuli yang
lain.
Manusia cenderung
memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri.
Manusia menaruh
perhatian kepada hal-hal tertentu. Beberapa hal tersebut sesuai dengan
kepercayan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita. Hal ini dikarenakan,
kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan yang ada
dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikan.
Kebiasaan sangat
penting untuk menentukan apa yang menarik perhatian, melainkan juga apa yang
menarik perhatian kita. Sejatinya, kita cenderung berinteraksi dengan
kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara tv sesuai
keinginan. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang
memungkinkan kita unutk menarik perhatian.
Dalam situasi tertentu,
manusia secara sengaja menteraturkan perilaku untuk menghindari terpaan stimuli
tertentu yang ingin kita hindari.
Presepsi dari stimuli –
stimuli yang datang juga terkadang mampu mendistorsi pikiran manusia.
Perhatian tergantung
pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersespi apa yang memang kita
ingin persepsi.
Tenaga-tenaga
motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Bahkan,
tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi.
Intensitas perhatian
tidak stabil.
Dalam hal stimuli yang
menerima perhatian, perhatian juga tidak memiliki stabilitas. Kita mungkin
memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada
aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.
Usaha untuk mencurahkan
perhatian sering tidak menguntungkan. hal ini dikarenakan usaha tersebut sering
menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan
berhenti.
Kita mampu menaruh
perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Semakin besar keragaman
stimuli yang mendapat perhatian, Daya persepsi kita semakin melemah pada
stimuli tertentu.
Perubahan atau variasi
sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
b. Faktor Fungsional
dan Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional
berasal dari faktor personal antara lain kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
lain-lain. kemudian, persepsi ditentukan oleh orang yang memberikan tanggapan
terhadap respon itu. Dengan kata lain, nilai sosial satu objek tergantung pada
kelompok sosial orang yang menilai.
Faktor struktural
berasal dari sifat stimuli fisik serta bebrapa efek saraf yang ditimbulkan oleh
sistem saraf individu. Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan beberapa
prinsip yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini menyatakan bahwa ketika
kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.
Krech dan Crutcfield
merumuskan beberapa dalil persepsi untuk menjelaskan factor-faktor yang
menentukan perepsi. Dalil-dalil tersebut adalah :
Dalil 1 : Persepsi
bersifat selektif secara fungsional. Objek-objek tersebut mendapat tekanan dari
persepsi. Hal ini dikarenakan objek-objek yang memenuhi tujuan individu
bertugas untuk melakukan persepsi.
Dalil 2 : Medan
perseptual dan kognitif selalu di atur dan diberi arti. Manusia
mengorganisasikan stimuli berdasarkan konteksnya. Walaupun stimuli tersebut
tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan
rangkaian stimuli yang kita sebut persepsi.
Dalil 3 : Sifat-sifat
perseptual dan kognitif dari substruktur banyak ditentukan dari sifat-sifat
struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok,
semua sifat individu akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek
yang berupa asimilasi atau kontras.
Dalil 4 : Objek atau
peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu juga menyerupai satu sama
lain,. Objek ini cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
Dalil ini sering digunakan oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya.
Pengaruh Komunikasi
dalam Psikologi
Komunikasi berperan
besar dalam setiap kehidupan manusia termasuk perkembangan ilmu. Walaupun komunikasi
dibangun dengan beragam disipilin ilmu, komunikasi juga turut membangun
disiplin ilmu yang lain salah satunya psikologi. Psikologi dan komunikasi
berelasi dengan cukup dekat. Melihat sejarah, penelitian komunikasi juga masuk
ke dalam jurnal penelitian psikologi. Beberapa ahli psikologi yang meneliti
fenomena komunikasi adalah Bandura, Hovland, Lasswell dan Lewis.
Hingga kini, kedua
disiplin ilmu tersebut masih menunjukkan keterkaitannya. Salah satu pengertian
komunikasi seperti yang tercantum dalam Dictionary of Behavioral Science adalah
pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi (Rakhmat : 2001 : 4).
Dalam dunia psikoterapi, untuk menunjang proses penyembuhan jiwa digunakan
metode baru yaitu komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik melihat bahwa
sumber gangguan jiwa adalah gangguan komunikasi. Gangguan ini menyebabkan
pasien tidak dapat mengekspresikan dirinya.
Manfaat Mempelajari
Psikologi Komunikasi
Psikologi komunikasi
merupakan ilmu yang wajib dikuasai dan dipahami oleh mereka yang mempelajari
ilmu komunikasi. Komunikasi sebagai sebuah proses melibatkan beberapa komponen.
Di sinilah psikologi komunikasi hadir mencoba menganalisa seluruh komponen yang
terlibat dalam proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, penerimaan dan
pengolahan pesan, komunikan yang mencakup karakteristik manusia komunikan dan
media komunikasi.
Dengan memahami
psikologi komunikasi, diharapkan dapat memperoleh berbagai manfaat, diantaranya
:
Membantu menjadi
komunikator yang memiliki kredibilitas.
Membantu menyampaikan
pesan yang akurat.
Membantu memilih media
yang tepat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan konteks komunikasi.
Membantu untuk memahami
komunikan dengan memperhatikan keanggotaan kelompok, proses seleksi, dan
kecenderungan.
Demikianlah gambaran
singkat mengenai psikologi komunikasi yang dirangkum dari beberapa sumber.
Semoga dengan memahami psikologi komunikasi dapat memperkaya wawasan mengenai
ilmu komunikasi.
sumber :
https://pakarkomunikasi.com/psikologi-komunikasi
0 komentar:
Posting Komentar