Sabtu, 28 April 2018

Psikologi Komunikasi – Teori dan Ruang Lingkup


Psikologi Komunikasi – Teori dan Ruang Lingkup


Komunikasi sangat vital dalam menumbuhkembangkan kepribadian manusia. Berbicara mengenai komunikasi tidak akan pernah terlepas dari perilaku serta pengalaman kesadaran manusia. Sejarah panjang penelitian fenomena komunikasi memperlihatkan keterkaitan yang erat antara psikologi dan komunikasi. Tidak sedikit ahli psikologi aliran behaviorisme yang menelaah komunikasi lebih dalam.
Dalam kacamata psikologi, komunikasi dipandang sebagai perilaku. Baik itu bersifat manusiawi, menarik, serta melibatkan banyak orang di berbagai situasi. Psikologi secara tajam mengupas “diri” kita sebagai pelaku komunikasi dan komponen komunikasi lainnya. Penyatuan keduanya melahirkan psikologi komunikasi yang berusaha untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan manusia dipengaruhi oleh manusia lainnya.
Psikologi Komunikasi Menurut Para Ahli
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya kontak dan komunikasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah peristiwa sosial. Suatu peristiwa sosial yang coba dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologis akan menuntun kita pada pendekatan psikologi sosial. Psikologi komunikasi adalah bagian dari psikologi sosial. Dengan demikian, pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.
Berikut adalah beberapa pengertian psikologi komunikasi (Rakhmat : 2001 : 9-10) :
1. George A. Miller (1974) : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events.
2. E.A Ross : Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha memahami dan menguraikan keseragaman dalam perasaan, kepercayaan, atau kemauan dan tindakan yang diakibatkan oleh interaksi sosial.
3. Kauffman (1973) : Social psychology is an attempt to understand, explain and explain, and predict how the thoughts, feelings and actions of individuals are influenced by the perceived thoughts, feelings, and actions of others (whose presence may be actual, imagined, or implied).
Teori Psikologi Komunikasi
Psikologi telah lama menelaah efek media massa pada perilaku komunikan. Sistem komunikasi massa mempunyai karakteristik psikologis yang khas. Hal ini terlihat dalam pengendalian arus informasi. Kemudian adanya umpan balik, stimulasi alat indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Berikut adalah beberapa teori komunikasi yang mencoba untuk melihat efek komunikasi terhadap bertambahnya pengetahuan dan mempengaruhi sikap khalayak.
1. Teori Kultivasi (Cultivation Theory)
Teori yang dicetuskan oleh George Gerbner ini mengasumsikan bahwa media massa, khususnya televisi, merupakan media yang paling ampuh untuk menanamkan ideologi kepada khalayak. Teori kultivasi adalah teori yang berusaha untuk melakukan analisa terhadap akibat yang ditimbulkan dari penanaman ideologi ini.

Gerbner mencoba untuk mengembangkan konsep “mainstreaming” atau mengikuti arus. Hal ini dimaksudkan sebagai kesamaan diantara pemirsa berat pada berbagai kelompok demografis, dan perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan (Rakhmat, 2001 : 250).
2. Teori Spiral Keheningan (The Spiral of Silence Theory)
Pertama kali digagas oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974). Spiral keheningan adalah istilah digunakan merujuk pada kecenderungan manusia untuk tetap diam. kecenderungan ini terlihat ketika mereka merasa bahwa pandangan mereka bertentangan dengan pandangan mayoritas.
Teori ini berpendapat bahwa mereka tetap diam karena terisolasi serta mendapat konsekuensi negatif. Konsekuensi ini datang dari kelompok atau masyarakat karena menyuarakan pendapat yang berbeda. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa saat manusia mengemukakan pendapat, mereka berusaha mengikuti pendapat mayoritas atau konsensus.
Media merupakan sumber informasi utama yang dapat membuat terjadinya konsensus. Apabila pendapat versi konsensus ini begitu massif tersebar dalam masyarakat melalui media massa, maka suara perorangan yang memiliki pendapat yang berbeda akan semakin diam.
3. Agenda Setting Theory
Pendekatan agenda setting dikembangkan oleh Maxwell E. Comb dan Donald E. Shaw. Fokus agenda setting adalah efek media massa terhadap pengetahuan. Menurut pendekatan ini, media massa memiliki pengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang.
Kemudian disimpulkan bahwa media massa memilih informasi yang diinginkan serta dianggap penting untuk mempengaruhi khalayak tentang informasi.  Tujuannya adalah pembentukan persepsi oleh khalayak berdasarkan informasi yang diterima tentang suatu peristiwa.
4. Teori Peluru atau model jarum hipodermik (Bullet Theory)
Penggagas teori ini adalah Melvin DeFleur. Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa (DeFleur dalam Rakhmat, 2001 : 197). Teori ini mengasumsikan bahwa massa tidak memiliki kekuatan dalam menghadapi stimuli yang dikirim oleh media massa.
Teori ini dikenal dengan sebutan “teori peluru” atau model jamum hipodermis. Teori ini menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum ke bawah kulit pasien. Teori ini disebut juga dengan “the concept of powerful mass media” oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1973).
Teori ini menunjukkan kekuatan media massa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah factor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, operan, atau imitasi. Khalayak diangap sebagai kepala kosong yang siap menampung pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya.

5. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)
Pendekatan uses and gratification diungkapkan pertama kali oleh Elihu Katz. Pendekatan ini berpandangan bahwa khalayak sebagai komunikan berpartisipasi aktif sebagai bagian dari sistem komunikasi massa. partisipasi aktif dimaksudkan dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, efek media massa diartikan sebagai situasi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi.
Faktor-faktor personal juga mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Faktor tersebut meliputi organisasi personal dari sisi psikologis individu diantaranya potensi biologis, nilai, kepercayaan, sikap, serta bidang pengalaman. Dan lainnya adalah kelompok-kelompok sosial dimana individu menjadi anggota juga hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.
Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Dalam psikologi, komunikasi memiliki makna yang luas yang mencakup penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Intinya, psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, proses saling pengaruh di antara berbagai kinerja dalam diri organisme dan di antara organisme.
Psikologi tidak membicarakan komunikasi secara umum, melainkan membahas karakteristik manusia dan aspek biologis dalam diri manusia yang melakukan komunikasi. Psikologi memeriksa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Di antaranya komunikator, pesan, penerimaan dan pengolahan pesan. Dan juga komunikan yang mencakup karakteristik manusia komunikan dan media komunikasi.
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari komunikasi, memiliki beberapa ciri khas pendekatan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang juga mempelajari komunikasi. Fisher (1978) dalam Rakhmat (2001 : 9) menguraikan 4 ciri pendekatan psikologi komunikasi, yaitu :
1. Penerimaan stimuli secara inderawi atau sensory reception of stimuli – Psikologi melihat komunikasi diawali dengan penerimaan data oleh indera – indera manusia.
2. Proses Stimuli atau internal mediation of stimuli – Stimuli yang mempengaruhi kita kemudian diolah dalam jiwa.
3. Prediksi Respon atau prediction of response – Psikologi komunikasi menelaah bagaimana pengalaman yang terjadi pada masa lalu dapat mempengaruhi respon yang akan datang. Dari sinilah timbul pengaruh dari kenangan dan pengalaman yang merupakan jembatan antara  masa lalu dan sekarang. Salah satu unsur sejarah respon adalah peneguhan.
4. Peneguhan Respon atau reinforcement of reponses – Peneguhan adalah respon lingkungan atau orang lain pada respon organisme yang asli. Peneguhan inilah yang disebut dengan feedback atau umpan balik oleh Bergera dan Lambert.

Bentuk Komunikasi
Ilmu komunikasi adalah ilmu terapan. Sadar atau tidak, manusia selalu berkomunikasi dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam pengantar ilmu komunikasi, digambarkan secara lebih sederhana mengenai bentuk-bentuk komunikasi yang telah kita kenal selama ini. Namun, bentuk komunikasi yang digambarkan berikut ini tidak merujuk ke sana. Bentuk komunikasi berikut menekankan pada konteks psikologi dalam suatu proses komunikasi.
Hal ini karena berbagai penelitian psikologi dan komunikasi yang telah dilakukan memperlihatkan adanya keterkaitan di antara keduanya. Hal ini merujuk adanya kesamaan pada tiga macam bentuk proses komunikasi dalam konteks kerangka bangunan kognitif manusia. Ketiga bentuk proses komunikasi tersebut adalah :
1. Interaksi Interpersonal Tatap Muka (face to face interpersonal interaction)
Dalam suatu komunikasi interpersonal terjadi pertukaran informasi baik verbal maupun non verbal. Proses pertukaran informasi yang dilakukan melalalui interaksi sosial melalui verbal maupun non verbal telah menjadi fokus penelitian komunikasi sejak tahun 1950. Salah satu ilmuwan yang meneliti mengenai hal ini adalah Adam Kendon (1970) melalui teori adalah interactional synchrony.
Gagasan teori ini adalah bahwa perilaku verbal dan nonverbal yang rumit terikat satu sama lain baik dalam diri individu tersebut maupun individu lainnya. Intinya, kerangka psikologi beserta modelnya telah memungkinkan peneliti komunikasi untuk menghasilkan gambaran yang rinci mengenai dan membentuk suatu prediksi yang lebih spesifik bagaimana manusia melakukan pertukaran informasi baik verbal maupun non verbal dengan manusia yang lain.
2. Interaksi Interpersonal Bermedia
Ketika sekelompok kecil orang berinteraksi satu sama lain secara real time dengan menggunakan berbagai jenis media (misalnya, telepon, komputer, dan video conferencing), terjadi proses interaksi tatap muka. Kemudian interaksi tersebut digabungkan dengan berbagai faktor yang rumit dan unik. Contoh penelitian mengenai hal ini adalah computer-mediated communication (CMC) di mana dua orang menggunakan teknologi berbasis komputer untuk melakukan interaksi. Dasar teori ini adalah face to face communication.
Ketika orang menggunakan media untuk melakukan interaksi interpersonal, mereka menggabungkan proses yang terjadi dalam interaksi interpersonal secara langsung dengan memanfaatkan berbagai macam perangkat teknologi. Dengan demikian, model aditif pengolahan psikologis dapat bekerja sebagai kerangka kerja untuk dapat memahami bentuk komunikasi interpersonal bermedia.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh organisasi (surat kabar, film, atau tv) dengan menggunakan teknologi media tertentu. Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, jarak antara organisasi besar dan khalayak yang luas semakin kecil. Kini, semua orang dapat terlibat dalam proses komunikasi massa, misalnya dengan adanya konsep citizen journalism. Teknologi komunikasi telah mengubah cara pandang kita terhadap komunikasi secara umum seperti dialog, diseminasi, dan kombinasi keduanya.
Dari perspektif proses psikologis, salah satu pendekatan komunikasi massa adalah kombinasi antara tatap muka dan interaksi intrepersonal bermedia. Bukti nyata dari fenomena ini adalah lahirnya teori kultivasi yang dicetus oleh George Gerbner. Teori kultivasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya mengilustrasikan aspek-aspek proses psikologi ke dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif dalam Psikologi Komunikasi
Apabila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadi beberapa hal yaitu proses belajar (meliputi aspek kognitif dan afektif), proses penyampaian serta penerimaan lambang-lambang. Kemudian, adanya mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peranan, identifikasi, proyeksi, agresi, dan lain sebagainya.
Komunikasi berperan dalam membentuk kepribadian kita. Hubungan dengan orang lain akan mempengaruhi kualitas hidup kita. Bila pesan yang kita sampaikan tidak dipahami dengan baik oleh orang lain, maka dapat dikatakan komunikasi yang kita lakukan mengalami kegagalan atau tidak efektif. Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss (1974) dalam Rakhmat (2001 : 13) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan 5 hal, yaitu : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.
• Pengertian – Penerimaan yang tepat dari konten stimuli seperti yang disampaikan oleh komunikator.
• Kesenangan – Komunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan kesenangan atau phatic communication.
• Mempengaruhi sikap – Komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Salah satu cara agar kita dapat mempengaruhi sikap orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang psikologi komunikator, psikologi pesan, dan psikologi komunikan.
• Hubungan sosial yang baik – Komunikasi bertujuan untuk mempererat hubungan sosial yang baik. Sebagai makhluk sosial, kebutuhan sosial menjadi kebutuhan yang paling utama manusia. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta dan kasih sayang (William Schutz, 1966 dalam Rakhmat, 2001 : 14)
• Tindakan – Persuasi ditujukan untuk mengeluarkan tindakan yang diinginkan. Efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan.
Pesan dalam Prespektif Psikologi
Dalam setiap proses komunikasi, pesan adalah bagian terpenting yang harus menjadi perhatian komunikator. Umumnya, pesan terdiri dari isi pesan dan lambang. Bahasa atau pesan paralingusitik adalah lambang yang paling sering dipakai dan memiliki fungsi yang sangat vital dalam komunikasi. Selain bahasa, cara lain yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan adalah dengan isyarat atau pesan ekstralingustik.
Bahasa adalah sekumpulan smbol-simbol, huruf-huruf, atau kata-kata dengan makna yang berubah-ubah. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2001 : 269) menyatakan bahwa secara fungsional bahasa dapat diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapan ide atau gagasan”.
Bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Sedangkan, secara formal bahasa semua kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa yang meliputi fonologi, sintaktis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu kita harus menguasai fonologi, sintaktis dan semantik Menurut George A. Miller, untuk mampu menggunakan bahasa tertentu kita harus menguasai fonologi (bunyi bahasa), sintaktis (cara pembentukan kalimat), leksikal (arti kata atau gabungan kata-kata), konseptual, dan kepercayaan terhadap yang kita dengar. Psikologi fokus pada konseptual serta kepercayaan terhadap apa yang kita dengar. Sebelum kita menyampaikan gagasan kita, penting dilakukan untuk menyamakan kerangka konseptual dan system kepercayan dengan komunikan.
Pesan yang akan kita sampaikan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut, yaitu :
Hati-hati dengan abstraksi, yaitu  proses memilih unsur-unsur realitas untuk membedakannya dari hal lain. Abstraksi dapat menyebabkan cara penggunaan bahasa menjadi tidak cermat.
Perhatikan dimensi waktu karena bahasa bersifat statis dan realitas bersifat dinamis.
Jangan mengacaukan kata dengan rujukannya. Hal ini karena orang lain belum tentu menggunakan rujukan yang sama.
Jangan mengacaukan pengamatan dengan kesimpulan.
Selain pesan verbal, pesan non verbal juga turut menunjang penyampaian informasi. Menurut Mark L. Knapp dalam Rakhmat (2000: 287) menyatakan bahwa pesan non verbal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
Repetisi atau pengulangan, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan.
Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal
Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal
Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal
1. Organisasi Pesan

Organisasi pesan adalah rangkaian penyusunan pesan. Suatu pesan yang baik harus diorganisasikan dengan baik pula. Ada 6 macam organisasi pesan (Rakhmat, 2000 : 295), yaitu :
Deduktif : gagasan utama – penjelasan – keterangan – kesimpulan – bukti
Induktif : rincian informasi – kesimpulan
Kronologis : pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa
Logis : pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa
Spasial : pesan disusun berdasarkan tempat
Topikal : pesan disusun berdasarkan topic pembicaraan
Dalam psikologi komunikasi, terdapat 5 langkah dalam penyusunan pesan, yaitu :
Attention – perhatian
Need – kebutuhan
Satisfaction – pemuasan
Visualization – visualisasi
Action – tindakan
Baca juga: Teori Komunikasi Antar Budaya
2. Imbauan pesan
Informasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain harus menyentuh motif. Motif tersebut menggerakkan atau mendorong perilaku komunikan. Terdiri atas
ImbauanRasional, meyakinkan orang lain melalui pendekatan logis atau bukti-bukti.
Imbauan Emosional, Beberapa pernyataan menggunakan bahasa yang menyentuh emosi komunikan.
Imbauan Takut, Pesan yang mencemaskan komunikan.
Imbauan Ganjaran, Rujukan yang memberi janji kepada komunikan untuk melakukan sesuatu yang di inginkan komunikator.
Imbauan Motivasional, Motif yang bertujuan menyentuh kondisi intern dalam diri manusia
3. Proses Penyampaian Pesan
Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan. Kemudian, komunikator sebagai pengirim pesan mendapat rangsangan atau stimulus dari luar dirinya atau atau dari dalam dirinya. Pesan dikemas (encoding) sedemikian rupa sesuai dengan kondisi komunikan agar dapat dipahami. Encoding dapat berbentuk verbal maupun nonverbal. Pesan yang mengalami encoding kemudian dikirimkan melalui media. Lalu, pesan diolah oleh decoder yang bisa berupa mesin atau manusia. Kemudian, setelah pesan di-decoding, pesan dikirimkan kepada komunikan. Komunikan dapat memberikan respon yang disebut dengan feedback.
4. Pembentukan Persepsi
Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru (Rakhmat, 2001 : 51). Persepsi adalah pernyataan atau pemikiran berdasarkan pengalaman. Pengalaman tersebut bisa tentang obyek, peristiwa, juga hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Faktor utama yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian.
a. Perhatian
Kenneth E. Andersen (1972) dalam Rakhmat (2001 : 52) menyatakan bahwa perhatian adalah proses mental. Proses terjadi ketika stimuli menjadi lebih menonjol dalam tingkat kesadaran pada saat stimuli yang lainnya melemah. Ini dikarenakan manusia cenderung lebih fokus pada apa yang masuk pada salah satu alat indera dan mengabaikan yang lain. Perhatian yang diberikan oleh manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal penarik perhatian serta faktor internal sebagai penaruh perhatian.
Faktor eksternal ditujukan untuk menarik perhatian. Apa yang diperhatikan oleh kita ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut dengan determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian. Kemudian, stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain gerakan, intensitas, stimuli, kebaruan, dan perulangan.
• Gerakan : Manusia cenderung memiliki ketertarikan pada hal-hal yang bergerak.
• Intensitas stimuli :  Manusia mengutamakan stimuli yang lebih menonjol dibanding stimuli yang lain.
• Kebaruan : Hal-hal yang ditemukan selalu menjadi perhatian manusia.
• Pengulangan :  Hal-hal yang selalu berulang dan disajikan secara beragam akan menarik perhatian.
Kemudian, faktor internal melihat manusia cenderung lebih memperhatikan apa yang ingin dia perhatikan. Hal ini dipengaruhi oleh motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan. Perhatian selektif manusia inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh ahli komunikasi. Kenneth E. Andersen (1972) dalam Rakhmat (2001 : 54-55) menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif, yaitu :
Perhatian adalah proses yang aktif serta dinamis, bukan pasif ataupun refleksif. Kemudian, manusia cenderung mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Terkadang, manusia mengalihkan perhatian dari satu stimuli ke stimuli yang lain.
Manusia cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri.
Manusia menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu. Beberapa hal tersebut sesuai dengan kepercayan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita. Hal ini dikarenakan, kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikan.
Kebiasaan sangat penting untuk menentukan apa yang menarik perhatian, melainkan juga apa yang menarik perhatian kita. Sejatinya, kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara tv sesuai keinginan. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita unutk menarik perhatian.
Dalam situasi tertentu, manusia secara sengaja menteraturkan perilaku untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita hindari.
Presepsi dari stimuli – stimuli yang datang juga terkadang mampu mendistorsi pikiran manusia.
Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersespi apa yang memang kita ingin persepsi.
Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Bahkan, tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi.
Intensitas perhatian tidak stabil.
Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak memiliki stabilitas. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.
Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan. hal ini dikarenakan usaha tersebut sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Semakin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, Daya persepsi kita semakin melemah pada stimuli tertentu.
Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
b. Faktor Fungsional dan Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari faktor personal antara lain kebutuhan, pengalaman masa lalu dan lain-lain. kemudian, persepsi ditentukan oleh orang yang memberikan tanggapan terhadap respon itu. Dengan kata lain, nilai sosial satu objek tergantung pada kelompok sosial orang yang menilai.
Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik serta bebrapa efek saraf yang ditimbulkan oleh sistem saraf individu. Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan beberapa prinsip yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini menyatakan bahwa ketika kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.

Krech dan Crutcfield merumuskan beberapa dalil persepsi untuk menjelaskan factor-faktor yang menentukan perepsi. Dalil-dalil tersebut adalah :
Dalil 1 : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Objek-objek tersebut mendapat tekanan dari persepsi. Hal ini dikarenakan objek-objek yang memenuhi tujuan individu bertugas untuk melakukan persepsi.
Dalil 2 : Medan perseptual dan kognitif selalu di atur dan diberi arti. Manusia mengorganisasikan stimuli berdasarkan konteksnya. Walaupun stimuli tersebut tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita sebut persepsi.
Dalil 3 : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur banyak ditentukan dari sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Dalil 4 : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu juga menyerupai satu sama lain,. Objek ini cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini sering digunakan oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya.
Pengaruh Komunikasi dalam Psikologi
Komunikasi berperan besar dalam setiap kehidupan manusia termasuk perkembangan ilmu. Walaupun komunikasi dibangun dengan beragam disipilin ilmu, komunikasi juga turut membangun disiplin ilmu yang lain salah satunya psikologi. Psikologi dan komunikasi berelasi dengan cukup dekat. Melihat sejarah, penelitian komunikasi juga masuk ke dalam jurnal penelitian psikologi. Beberapa ahli psikologi yang meneliti fenomena komunikasi adalah Bandura, Hovland, Lasswell dan Lewis.
Hingga kini, kedua disiplin ilmu tersebut masih menunjukkan keterkaitannya. Salah satu pengertian komunikasi seperti yang tercantum dalam Dictionary of Behavioral Science adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi (Rakhmat : 2001 : 4). Dalam dunia psikoterapi, untuk menunjang proses penyembuhan jiwa digunakan metode baru yaitu komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik melihat bahwa sumber gangguan jiwa adalah gangguan komunikasi. Gangguan ini menyebabkan pasien tidak dapat mengekspresikan dirinya.
Manfaat Mempelajari Psikologi Komunikasi
Psikologi komunikasi merupakan ilmu yang wajib dikuasai dan dipahami oleh mereka yang mempelajari ilmu komunikasi. Komunikasi sebagai sebuah proses melibatkan beberapa komponen. Di sinilah psikologi komunikasi hadir mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, penerimaan dan pengolahan pesan, komunikan yang mencakup karakteristik manusia komunikan dan media komunikasi.
Dengan memahami psikologi komunikasi, diharapkan dapat memperoleh berbagai manfaat, diantaranya :

Membantu menjadi komunikator yang memiliki kredibilitas.
Membantu menyampaikan pesan yang akurat.
Membantu memilih media yang tepat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan konteks komunikasi.
Membantu untuk memahami komunikan dengan memperhatikan keanggotaan kelompok, proses seleksi, dan kecenderungan.
Demikianlah gambaran singkat mengenai psikologi komunikasi yang dirangkum dari beberapa sumber. Semoga dengan memahami psikologi komunikasi dapat memperkaya wawasan mengenai ilmu komunikasi.


sumber :
https://pakarkomunikasi.com/psikologi-komunikasi


0 komentar:

Posting Komentar